Flash

Selasa, 12 Juni 2012

Kisah Anak-Anak Bermahkota Al Qur'an

Anak yang Buta Hafal Al Qur’an
Faishal Da’sy Al Qahthani, seorang anak berusia 12 tahun mengalami buta sejak lahir. Ia tidak putusa asa atau membiarkan dirinya menjadi korban keterasingan. Ia mampu menghafal Al Qur’an hanya dalam rentang waktu 2 tahun saja di tengah decak kagum banyak orang kepadanya

Ia berbicara dengan bahasa Arab yang fasih dan lancar. Bahasanya amat bagus. Ia menuturkan, “Nama saya Faisal bin Da’sy Al Qahthani. Saya dilahirkan di Riyadh. Saya masuk madrasan An Nur selama 3 tahun, setelah itu saya pindah ke sekolah tahfidz Al Qur’an. Berkat karunia Allah dan dorongan kedua orang tua serta usaha keras para guru, saya mampu menghafal Al Qur’an dengan baik. Awalnya, saya sering mendengar bacaan Al Qur’an. Saya senang dengan bacaan dan tartilnya Syaikh Sudais. Selanjutnya saya tertarik dengan suara Khalid Al Qahthani. Maka ayahku memberikan hadiah kaset murattal 30 juz dengan bacaan Khalid Al Qahthani. Saya hafal Al Qur’an 30 juz, ditambah dzikir pagi dan petang, doa tidur, doa makan dan minum serta sejumlah hadits.”

Pesan faishal kepada para teman-teman yang muslim,”Aku pesankan kepada mereka agar tidak lalai. Aku peringatkan kepada mereka akan tipu daya setan dan hendaknya mereka tidak menuruti syahwat serta tidak membuang-buang waktu didepan TV melihat acara-acara yang tidak bermanfaat, bahkan merugikan.”


Anak Berusia 10 Tahun Hafal Al Qur’an, Kecerdasannya Membawanya dari Kelas 3 SD Langsung ke SMP
Sebuah keistimewaan berupa kecerdasan nan sempurna yang amat jarang ditemukan. Anak tersebut bernama Abdullah Muhammad Jabr. Ia merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah dalam hal menghafal Al Qur’an Karim, hadits-hadits Nabi, menguasai madzhab-madzhab fiqih dan mahir ceramah diatas mimbar. Ia ikut serta dalam musabaqah hafalan Al Qur’an tingkat Internasiona di Arab Saudi dan meraih juara pertama.
Syaikh Al Azhar merasa kagum dan memuji kecerdasannya. Lalu, ia mengeluarkan ketetapan khusus yang baru pertama kali dikeluarkan dalam sejarah Al Azhar, yaitu pemindahan anak tersebut dan memasukkannya dikelas 1 SMP dari yang sebelumnya ia tercatat sebagai murid kelas 3 SD.

Halmana, Hafidzah Termuda di Bosnia
Ia hidup ditengah-tengah kehancuran, keporak-porandaan dan perang etnis. Ia menjadi saksi atas segala tindakan permusuhan terhadap Islam di negerinya. Ia hidup dimasyarakat yang bergulat dengan kemiskinan dan embargo ekonomi. Hal tersebut malah menjadikannya terang-terangan untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan mengangkat tinggi panjinya meskipun banyak rintangan dan bahaya.
Halmana Bilal Aghitasy mulai menghafal sejak usia 2 tahun dengan cara mengulang-ulang beberapa ayat. Hal ini terus berlangsung hingga ia mampu menghafal Al Qur’an ketiak usianya 14 tahun. Ia termasuk hafidzah termuda di Bosnia Herzegovina dan hafidzah peringkat kedua di negaranya.Halmana mengatakan tentang peran dan pengaruh positif dari menghafal Al Qur’an, “Sepeninggal kakekku yang senantiasa memotivasiku untuk selalu membaca dan menghafal Al Qur’an serta memberikan banyak hadiah, maka aku bertekad untuk melanjutkan perjalanan dengan sungguh-sungguh dan semangat menggelora. Selama sembilan tahun aku mampu meraih berbagai kejuaraan tingkat nasional maupun internasional.”

Ia berhenti sejenak setelah air matanya menetes namun ia kembali menguatkan diri seraya bertutur, “ Aku meraih juara di Saudi. Aku pergi kesana dan sejumlah Syaikh mendengarkan bacaan Al Qur’anku. Mereka pun memujiku. Setelah itu aku kembali ke Bosnia untuk menjalani ujian hafalan dan bacaan Al Qur’an dihadapan Lajnah Al-Masyaikhah Al Islamiyah di Bosnia yang beranggotakan para qari’ senior.”

Diringkas dari buku Kisah Inspiratif Penghafal Al Qur’an

Mengapa Saya Menghafal Al Qur’an?

Menjadi seorang hafidz(orang yang hafal Al Qur’an) tentunya menjadi cita-ciita setiap muslim. Cita –cita itu haruslah dibangun dengan semangat tinggi dan niat yang benar. Setiap pengorbanan yang dilakukan oleh seorang muslim dalam menghafal Al Qu’an pastilah tersimpan tujuan yang ingin diraih. Nah, apa tujuan Anda dalam menghafal Qur’an??? Mungkinkah seperti dibawah ini: 1. Saya senang menghafal Al Qur’an supaya menjadi ahli Allah serta mendapat tempat khusus disisi-Nya. Rosulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ta’ala mempunyai ahli-ahli dari golongan manusia, lalu ditanyakan siapa ahli Allah dari kalangan mereka? Beliau menjawab, yaitu Ahlul Qur’an (Orang yang hafal Al Qur’an dan mengamalkannya), mereka adalah Ahli Allah dan mendapatkan tempat khusus disisi-Nya” (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan) 2. Saya senang menghafal Al Qur’an supaya menjadi sebaik-baik orang. Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Imam Bukhori) 3. Saya senang menghafal Al Qur’an agar kelak Al Qur’an menjadi pemberi syafaat bagi saya dihari kiamat kelak. Nabi SAW bersabda: “ Bacalah Al Qur’an, karena ia adalah pemberi syafaat bagi para pembacanya dihari kiamat.” (Mutafaqun ‘Alaih) 4. Saya senang menghafal Al Qur’an agar kedua orang tua saya memakai mahkota kemuliaan dihari kiamat kelak. Rosulullah SAW bersabda: “ Barangsiapa membaca Al Qur’an dan mengamalkannya maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dunia pada hari kiamat nanti, kalaulah sekiranya ada bersama kalian maka apa perkiraan kalian tentang orang yang mengamalkannya? (HR Imam Ahmad, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Al Hakim) 5. Saya senang menghafal Al Qur’an seluruhnya, hingga saya mencapai derajat tertinggi di surga kelak. Nabi SAW bersabda: “ Dikatakanlah kepada pemilik (orang yang hafal) Al Qur’an, Bacalah (Al Qur’an), teruslah naiki (derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membacanya dengan tartil didunia, karena sesungguhnya tempatmu disurga berada pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi) 6. Saya menghafal Al Qur’an supaya menjadi obat dari segala penyakit yang menimpa saya. Allah berfirman: “ Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang dzalim selain kerugian (Al Isro’:82)

Selasa, 22 Mei 2012

OC Fiqh-Life Skill level 5

        Bertempat di asrama haji Donohudan Boyolali (22/5), siswa-siswa level 5 SDII Al Abidin Surakarta melakukan kegiatan Outing Class Fiqh-Life Skill. OC diisi dengan melakukan manasik haji layaknya para calon haji, dimulai dari membaca niat, wukuf, lempar jumrah, thawaf dan sa'i. Hari ini baru latihan, tetapi kita tetap memohon kepada Alloh ta'ala semoga dilain hari dapat melaksanakan rukun haji yang kelima ini, Aamiin........

Sabtu, 19 Mei 2012

Memeluk Islam Setelah Membaca Surah Maryam


           Mustafa Davis lahir dan dibesarkan di wilayah teluk di Kalifornia Utara. Ia kini dikenal sebagai pembuat film dan seniman dunia. Sebagai seniman, Davis mencintai keindahan. Dan keindahan paling indah di matanya adalah senyum seorang pria sederhana yang tulus, yang membawanya pada Islam 16 tahun lalu.

         Semua berawal pada suatu Rabu di bulan Mei 1996, Davis bertemu dengan seorang teman dalam perjalanannya menuju kampus. Belakangan Davis tahu ia dan pria bernama Whitney Canon itu belajar dalam kelas bahasa Prancis yang sama. Lalu, mengetahui bahwa Whitney adalah seorang seniman dan musisi sepertinya, Davis kerap menghabiskan waktu bersamanya setelah itu, terutama di ruang piano di aula musik kampusnya.

        Selama satu semester, dengan cara menyelinap, ia dan Whitney menghabiskan waktu di ruangan itu, lalu bermain musik atau berbincang tentang persoalan kerohanian di sana. Pada suatu Rabu di tahun yang sama, bersama salah seorang temannya, Whitney Canon (kini Muslim), Davis sedang menyantap sushi di sebuah restoran Jepang dekat kampus. Dalam kesempatan itu, Davis menyampaikan sebuah pengakuan bahwa dirinya lelah dengan kehidupan yang dijalaninya.

         “Aku ingin mengembalikan hidupku pada jalurnya,” tulisnya dalam sebuah note dalam akun Facebook-nya, Becoming Muslim in America (dipublikasikan kembali oleh isamicsunrays.com dalam artikel berjudul Becoming Muslim: Five Words That Changed My Life). Menurut Davis, gaya hidupnya kala itu menjauhkannya dari kesuksesan, dan hanya agama yang mungkin mengubah hidupnya. “Aku harus kembali ke gereja,” ujar mantan pemeluk Katolik ini.

***

        Tiba-tiba Whitney bertanya apakah dirinya pernah berpikir tentang Islam. Davis menjawab “tidak” dan mengatakan pada Whitney bahwa Islam adalah agama Arab atau gerakan separatis bangsa kulit hitam. Dari banyak informasi dan peristiwa, Davis hanya memiliki stigma negatif tentang agama itu dalam otaknya. “Selain itu, aku belum pernah melihat Muslim yang baik dan taat waktu itu,” katanya.

          Mendapati respons negatif dari Davis, Whitney kemudian bercerita tentang kakak laki-lakinya yang masuk Islam. Dari kakaknya, Whitney (yang saat itu belum menjadi Muslim) mengatakan bahwa Islam bukan hanya untuk Arab serta merupakan agama yang universal. Whitney lalu melontarkan pertanyaan baru pada Davis, “Apakah kamu mengetahui Muhammad?”

         
           Davis mengaku hanya mengetahui satu orang dengan nama Muhammad, yakni Elijah Muhammad (salah satu pemimpin utama di Nation of Islam). Whitney lalu menjelaskan hanya ada seorang pria bernama Muhammad yang merupakan nabi asal Arab yang sesungguhnya. “Kau harus mengenalnya,” kata Whitney.

           Mendengar kata “Arab,” Davis tak tertarik untuk masuk ke dalam perbincangan yang lebih jauh tentang Islam. Ia kemudian mengakhiri perbincangan itu dan beranjak menuju tempat kerjanya, karena Davis bekerja pada malam hari.

            Pulang dari tempat kerjanya, Davis singgah ke sebuah toko buku untuk membeli Bibel. Saat melewati deretan rak bertema “Filosofi Timur,” pandangan Davis tiba-tiba tertuju pada sebuah buku berwarna hijau. Nama “MUHAMMAD” tertulis dengan huruf timbul berwarna emas di sampulnya. “Aku menghentikan langkahku, berpikir sejenak, dan mengambil buku itu dari rak,” katanya.

          Rasa ingin tahu Davis tergugah saat membaca judul kecil di bawah tulisan MUHAMMAD; Kehidupannya berdasarkan Sumber Paling Awal. “Kata “sumber paling awal” menggelitikku karena aku sangat mengetahui adanya debat teologis tentang sejumlah kesalahan yang ditemukan dalam Bibel. Fakta itu menggangguku,” kata pendiri Cinemotion Media dan Mustava Davis Incorporation ini.

          Davis membuka buku itu dan dengan susah payah mencoba membaca banyak kata dalam ejaan Arab. “Empat atau lima kalimat yang kubaca menyebut kata “Alquran” beberapa kali,” katanya. Ejaan-ejaan Arab yang menyulitkan itu lalu dirasanya membenarkan pemahamannya bahwa Islam adalah agama orang Arab. Maka Davis mengembalikan buku itu ke rak.

***

        Saat beranjak meninggalkannya, tulisan emas di sampul buku itu kembali menarik pandangan Davis sehingga ia kembali melihat ke arah buku tersebut. Saat itu, ia melihat sebuah buku lain berjudul The Quran, dan teringat pada beberapa kata yang baru ia baca dalam buku berjudul Muhammad.

         Setelah mengambil dan membukanya secara acak, Davis berhadapan dengan halaman pertama Surah Maryam. “Aku membaca surah itu dari awal hingga akhir dan merasakan tubuhku menggigil saat membaca penjelasan detail tentang kelahiran Nabi Yesus (Isa as) yang menakjubkan,” ujarnya.

         “Aku tak menyangka bahwa Muslim mempercayai kelahiran yang menakjubkan itu, dan bahwa mereka tak mempercayai Yesus sebagai anak Tuhan. Sebagai seorang Kristen, aku tak pernah bisa menerima pernyataan bahwa Tuhan mempunyai anak,” tambahnya. Davis menangis dengan terjemahan Alquran di tangannya. Ia memutuskan membeli kitab itu, lupa dengan tujuannya membeli Bibel, dan meninggalkan toko buku itu.

***

          Keesokannya, Kamis pagi, saat berjalan menuju kampusnya, Davis melewati stan kecil milik seorang pria Senegal yang menjual kerajinan, dompet, dan boneka Afrika. Ia sibuk dengan seorang pembeli saat Davis menghampiri stannya dan melihat-lihat sebuah dompet. Ketika pelanggannya itu pergi, pria kulit hitam itu menghampiri Davis sambil tersenyum ramah.

        “Senyumnya itu adalah sesuatu yang tidak pernah kutemukan sebelumnya. Aku hanya bisa menggambarkan bahwa senyum itu penuh dengan cahaya dan cinta,” Davis menulis dengan penuh ketakjuban.

        Pria bernama Khadim itu menyapa Davis, “Hai, saudaraku, apa kabar?” dan melanjutkan dengan sebuah pertanyaan lain setelah Davis menjawabnya, “Saudaraku, apakah kamu seorang Muslim? Kamu terlihat seperti seorang Muslim.”

       Belum habis kekagumannya dengan senyum Khadim, Davis dibuat terkejut dengan pertanyaan itu. Ia menjawab bahwa dirinya bukan seorang Muslim, namun baru membeli Alquran pada malam sebelum mereka bertemu. Senyum Khadim berkembang. Ia menghampiri Davis dan memberinya pelukan sambil terus berkata, “Ini sangat indah, saudaraku. Ini hebat. Aku bahagia untukmu. Ini adalah pertanda dari Allah. Kamu membuatku sangat bahagia, saudaraku.”

***

         Ketakjuban Davis belum berakhir. Saat memasuki waktu Zuhur, Khadim meminta bantuannya untuk menjaga stan miliknya selama ia shalat. Davis bersedia dan melewatkan dua kelas hari itu. “Aku belum pernah menemukan orang setulus dia, yang tersenyum padaku, memelukku, dan mengatakan dirinya berbahagia untukku.”

          Saat bersama Khadim itulah, seorang mahasiswa Pakistan menghampiri dan menyapa pria Senegal itu. Seperti Khadim, ia mengira Davis seorang Muslim, dan gembira saat mendengar Davis telah membaca Alquran. Ia lalu menawari menawarkan dirinya untuk menemani Davis melihat-lihat masjid. Dan Davis menerima tawarannya.

          Keesokan harinya, mahasiswa itu menjemput Davis dan membawanya ke sebuah masjid milik Asosiasi Komunitas Muslim di Santa Clara Kalifornia setelah terlebih dulu ia mengajak Davis makan siang di rumahnya. Saat tiba di masjid, Davis disambut sekitar 40 pria yang menyapanya sambil tersenyum.

         Setelah duduk dan bergabung dengan pria-pria tersebut, Davis ditanya apakah ia mengetahui sesuatu tentang Islam. Ia menceritakan Alquran yang dibelinya dan menyampaikan hal-hal tentang Islam yang diketahuinya melalui kitab tersebut. “Lalu seorang di antara mereka bertanya apakah aku mempercayai Nabi Muhammad dan tanpa ragu kujawab ‘Ya.’ Aku ditanya apakah aku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan atau anak Tuhan, kujawab ‘Tidak’.”

        Ia lalu menjelaskan banyak hal tentang Islam pada Davis; malaikat, kitab-kitab Allah, hari penghakiman (yaumul hisab), dan banyak lainnya. Setelah memberikan penjelasan itu, ia bertanya apakah Davis mempercayai semua itu. Davis kembali menjawab “Ya,” lalu pria itu berkata, “Itu adalah apa yang dipercayai oleh Muslim dan kamu mempercayainya. Maka apakah kamu ingin menjadi seorang Muslim?”

       Davis kembali menjawab ‘Ya’ tanpa keraguan sedikitpun. Pria itu lalu membimbingnya membaca syahadat. “Aku ingat, hari itu tanggal 17 Ramadhan 1416 H,” ujarnya.

http://www.kisahmuallaf.com/mustafa-davis-memeluk-islam-setelah-membaca-surah-maryam/

Jumat, 04 Mei 2012

Tujuh Imam Qori' yang Masyhur



Para Qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qira’at yang mutawatir semuanya kita kutip dari para qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya.
Mereka ialah imam-imam qira’at yang masyhur yang meyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Mereka memiliki keutamaan ilmu dan pengajaran tentang kitabullah Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Berikut sekilas tentang profil mereka :

1) Ibnu ‘Amir (118 H)
Nama lengkapnya adalah Abdullah al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah seorang tabi’in, belajar qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Orang yang menjadi murid, dalam

2) Ibnu Katsir (120 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat Abdullah ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik, dia wafat di Makkah pada tahun 120 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy wafat pada tahun 250 H. dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.

3) ‘Ashim al-Kufy (128 H)
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat pada tahun 193 H dan Hafsah wafat pada tahun 180 H.

4) Abu Amr (154 H)
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru besar pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian orang nama Abu Amr itu nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. Kedua perawinya adalah ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat pada tahun 261 H.
.
5) Hamzah al-Kufy (156 H)
Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh, wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H. Kedua perawinya adalah Khalaf wafat tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H. dengan perantara Salim.

6) Imam Nafi. (169 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy, asalnya dari Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun wafat pada tahun 12 H, dan Warasy wafat pada tahun 197 H.

7) Al-Kisaiy (189 H)
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan, menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H. Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun 246 H.
Syathiby mengatakan: “Adapun Ali panggilannya Kisaiy, karena kisa pakaian ihramnya, Laits Abul Haris perawinya, Hafsah ad-Dury hilang tuturnya.

Sumber: http://dakwah-islam.org/7-imam-qurro-sabah.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan