Flash

Selasa, 19 Januari 2016

Biar Aku Saja yang Nulis Ustadz....



      Perkenalkan, anak-anak hebat kelompok pelajaran Al Qur'an saya di kelas 2 Makkah. Subhanallah. Ara, Shafia, Radhwa, Zahra, Hanun, Syifa R, Ijlal, Radika, Dito dan Shila. Semoga Allah menjadikanmu anak-anak yang sholih-sholihah nak, Anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua, bermanfaat bagi umat dan penerus dakwah Rosul Muhammad SAW.
      "Biar aku saja yang nulis Ustadz", pinta seorang anak yang imut. Shafia namanya. Menulis apa? Oh iya, baiklah akan saya ceritakan. Hari senin (18-01-2016) saya ada jadwal mengajar Al-Qur'an di kelas, baca dan hafalan khususnya. Setiap ananda membaca, tidak lupa saya tulis dibuku capaian guru untuk menjadi inventaris saya, meskipun ananda juga membawa buku prestasi santri. Satu persatu ananda maju dan saya simak membaca ataupun menghafalnya. Beberapa ananda sudah selesai saya simak, mendekatlah ananda Shafia dengan mengatakan "biar aku saja yang nulis Ustadz....". Seketika buku saya kasihkan dan dengan senang ananda menulis capaian teman-teman sesuai dengan apa yang saya sampaikan. "Ditulis apa ustadz?'" tanyanya. "Asy Syams mbak" jawab saya. "Radika ditulis apa Ustadz? murajaah ya?" tanyanya, "Iya mbak" jawab saya.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, saya dapat dipertemukan dengan mereka, semoga besok kelak engkaulah yang menggantikan kami para guru untuk menyampaikan ilmu kepada yang lainnya nak. Teringat sebuah pesan Rasulullah SAW, "Apabila meninggal anak Adam terputuslah amalnya kecuali 3 perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang selalu mendoakan orang tuanya".

Sabtu, 02 Januari 2016

Kak Seto: Kurikulum Padat Bikin Anak Tak Nyaman


“Tapi jika anak sudah diwajibkan untuk sekolah yang kurikulumnya sangat padat, maka anak tidak akan nyaman untuk belajar,” kata dia.
Dia menilai jika seorang anak dididik untuk belajar, maka anak akan belajar dengan cara yang menyenangkan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sekolah, menurut Kak Seto, hanya menjadi pabrik dan anak menjadi robot, seusai diwisuda dan terjun ke masyarakat tidak dapat berbuat banyak bahkan mati kutu karena sekedar mengejar gelar.
“Namun di sisi lain, kecerdasan lainnya seperti cerdas angka, cerdas kata, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas tubuh, cerdas teman, cerdas diri, dan cerdas alam, justru tidak berkembang,” kata dia.
Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto itu, tidak sedikit prestasi akademik berhasil diraih anak-anak Indonesia dalam olimpiade-olimpiade sains.
Hal itu disampaikan Tokoh Pendidikan Anak yang juga Ketua Komisi Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, selaku narasumber utama dalam Seminar Nasional Penguatan Implementasi Sekolah Ramah Anak Kota Solo yang diselenggarakan di Aula Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Senin (1/6/2015).
Sistem pendidikan di Indonesia penuh dengan kekerasan. Hal itu terjadi tidak hanya di pendidikan formal atau sekolah, maupun pendidikan informal dalam keluarga dan masyarakat.

sumber: Solopos (2/6) dari website sdii-alabidin.sch.id

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan