Flash

Senin, 28 Maret 2011

Kenapa dijuluki Daqiqil 'id??

Sore hari disebuah masjid ditengah kota Solo, Masjid Al Huda namanya, diselenggarakan bedah buku. Buku kecil yang belum terkenal judulnya, namun Subhanalloh isinya. Buku kecil itu berisi kisah-kisah para ulama’. “Santri-Santri Dahsyat” begitulah yang tertulis di cover depan. Awalnya dijelaskan kisah-kisah dahsyat dari para Ulama’. Saat sampai kisah Syaikh Ibnu Daqiqil ‘Id, sang ustadz bertanya “ Apa arti dari Daqiqil ‘Id?”. Sejurus kemudian diterangkan Daqiqil artinya Gandum, ‘Id adalah Hari Raya. Ibnu Daqiqil ‘Id berarti anaknya gandum hari raya. “Lho koq bisa dijuluki seperti itu?”, gumamku dalam hati. Maklum saya ndak mudeng Bahasa Arab, jadi baru tahu artinya hari itu juga. Kalo seorang ulama’ dijuluki anaknya gandum hari raya terkesannya koq kurang menghormati, itu menurutku,.....
Sang ustadz kembali menerangkan, “ Setiap orang hebat, dibelakangnya pasti ada perempuan yang hebat pula”. Imam Syafi’i, ulama’ terkemuka di dunia Islam, dibelakangnya ternyata ada seorang ibu yang berjuang mencurahkan seluruh harta dan tenaganya untuk mendidik anaknya sehingga menjadi seorang imam besar. Begitu pula dengan Syaikh Ibnu Daqiqil ‘Id, seorang ulama’ penulis kitab Ihkamul Ahkam. Suatu ketika terjadi perselisihan dengan istrinya, biasalah dalam hidup berumah tangga. Istrinya juga merupakan seorang yang cerdas pula. Ketika itu Syaikh agaknya meremehkan istrinya sehingga istrinya berkata “ Ketahuilah suamiku, apa yang telah engkau capai aku ikut berperan disitu. Setiap engkau berdakwah, mengajarkan Ilmu aku juga mendapatkan pahalanya”. Istrinya kembali menimpali “Nanti lihatlah apa yang terjadi”.
Hari demi hari berlalu, sampailah pada hari yang ditunggu-tunggu kaum Muslimin, menjelang hari raya. Sehari sebelum hari raya istrinya melapor ke Syaikh, “Suamiku, makanan untuk besok pagi sudah habis, padahal hari raya tinggal besok, dihari itu biasanya banyak murid-murid, kerabat dan kaum muslimin yang mengunjungimu, dan engkau senantiasa memberikan makanan yang terbaik bagi mereka”. Karena laporan istrinya, Syaikh menjadi kebingungan memikirkan makanan yang diakan dipersiapkan untuk hari raya besok. Hari telah berganti, hari raya telah tiba. Syeikh masih dibingungkan makanan yang akan dipersiapkan. Waktunya sholat ‘Id telah tiba, seperti biasa Syaikh dimohon untuk berkhutbah. Namun ada yang aneh dikhutbah ini, Syaikh mengulang-ulang “Daqiqil ‘Id, Daqiqil ‘Id,....(gandum hari raya, gandum hari raya,....).” Sehingga para jama’ah pun terheran-heran.
Sampainya dirumah, istrinya berkata “Wahai suamiku, sebelumnya aku tidak pernah mengadu kepadamu masalah ini. Saat hari raya tiba sedangkan kita tidak mempunyai makanan, aku berhutang ke orang lain. Ketika kita telah mempunyai uang, aku bayarkan hutang kita tanpa memberitahumu. Itu aku lakukan karena aku takut mengganggu konsentrasimu”. Semenjak saat itulah Syaikh terkenal dengan sebutan Ibnu Daqiqil ‘Id, dan semenjak itu pula Syaikh sangat menghormati istrinya,........
(ditulis dengan hafalan setelah beberapa hari, maaf kalau ada cerita yang terkurangi)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Oke

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar disini, terima kasih

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan