Flash

Selasa, 19 Januari 2016

Biar Aku Saja yang Nulis Ustadz....



      Perkenalkan, anak-anak hebat kelompok pelajaran Al Qur'an saya di kelas 2 Makkah. Subhanallah. Ara, Shafia, Radhwa, Zahra, Hanun, Syifa R, Ijlal, Radika, Dito dan Shila. Semoga Allah menjadikanmu anak-anak yang sholih-sholihah nak, Anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua, bermanfaat bagi umat dan penerus dakwah Rosul Muhammad SAW.
      "Biar aku saja yang nulis Ustadz", pinta seorang anak yang imut. Shafia namanya. Menulis apa? Oh iya, baiklah akan saya ceritakan. Hari senin (18-01-2016) saya ada jadwal mengajar Al-Qur'an di kelas, baca dan hafalan khususnya. Setiap ananda membaca, tidak lupa saya tulis dibuku capaian guru untuk menjadi inventaris saya, meskipun ananda juga membawa buku prestasi santri. Satu persatu ananda maju dan saya simak membaca ataupun menghafalnya. Beberapa ananda sudah selesai saya simak, mendekatlah ananda Shafia dengan mengatakan "biar aku saja yang nulis Ustadz....". Seketika buku saya kasihkan dan dengan senang ananda menulis capaian teman-teman sesuai dengan apa yang saya sampaikan. "Ditulis apa ustadz?'" tanyanya. "Asy Syams mbak" jawab saya. "Radika ditulis apa Ustadz? murajaah ya?" tanyanya, "Iya mbak" jawab saya.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, saya dapat dipertemukan dengan mereka, semoga besok kelak engkaulah yang menggantikan kami para guru untuk menyampaikan ilmu kepada yang lainnya nak. Teringat sebuah pesan Rasulullah SAW, "Apabila meninggal anak Adam terputuslah amalnya kecuali 3 perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang selalu mendoakan orang tuanya".

Sabtu, 02 Januari 2016

Kak Seto: Kurikulum Padat Bikin Anak Tak Nyaman


“Tapi jika anak sudah diwajibkan untuk sekolah yang kurikulumnya sangat padat, maka anak tidak akan nyaman untuk belajar,” kata dia.
Dia menilai jika seorang anak dididik untuk belajar, maka anak akan belajar dengan cara yang menyenangkan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sekolah, menurut Kak Seto, hanya menjadi pabrik dan anak menjadi robot, seusai diwisuda dan terjun ke masyarakat tidak dapat berbuat banyak bahkan mati kutu karena sekedar mengejar gelar.
“Namun di sisi lain, kecerdasan lainnya seperti cerdas angka, cerdas kata, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas tubuh, cerdas teman, cerdas diri, dan cerdas alam, justru tidak berkembang,” kata dia.
Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto itu, tidak sedikit prestasi akademik berhasil diraih anak-anak Indonesia dalam olimpiade-olimpiade sains.
Hal itu disampaikan Tokoh Pendidikan Anak yang juga Ketua Komisi Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, selaku narasumber utama dalam Seminar Nasional Penguatan Implementasi Sekolah Ramah Anak Kota Solo yang diselenggarakan di Aula Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Senin (1/6/2015).
Sistem pendidikan di Indonesia penuh dengan kekerasan. Hal itu terjadi tidak hanya di pendidikan formal atau sekolah, maupun pendidikan informal dalam keluarga dan masyarakat.

sumber: Solopos (2/6) dari website sdii-alabidin.sch.id

Jumat, 22 Juni 2012

Tidak Bisa Bercakap-cakap

Judul ini mungkin terlihat dilebih –lebihkan, namun kita percaya bahwa kisah ini ada. Allohlah yang menceritakan langsung kisah ini yang tertulis didalam Al-Qur’an mengenai seorang Nabi, ya Nabi Zakaria.

Saya tergerak menulis hal ini diawali dengan seorang teman yang menyampaikan tenggerokannya sedang sakit, “Bila pilek datang pasti tenggerokan terasa sakit, menelan juga sakit, berbicara pun susah”, lanjut beliau. “Itu mungkin njenengan mau punya putra lagi Mister, kayak Nabi Zakaria dulu yang mau dikasih putra tandanya tidak bisa bercakap-cakap”, celoteh saya sekenanya.... Dari pembicaraan tersebut saya menjadi teringat kisah Nabi Zakaria didalam Q.S. Maryam

3. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
4. Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku Telah lemah dan kepalaku Telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.
5. Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi Engkau seorang putera,
6. Yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
7. Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.
8. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan Aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".
9. Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan Sesunguhnya Telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".
10. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat".
11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

Subhanallah, begitu Kuasa-Nya Allah. Dia memberikan kepada seorang hambaNya yang sholih seorang putra dan Allah pulalah yang memberikan nama untuknya, yaitu “YAHYA”. Wah nama yang indah, itu bisa dijadikan referensi bagi nama anak, YAHYA.

Selasa, 12 Juni 2012

Catatan Sedih Seorang B.J. Habibie



Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).  Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan….

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

“Dik, anda tahu....Saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan….“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, ….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur….Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara.

Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.

Sekarang Dik,…anda semua lihat sendiri…N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

Dik tahu…di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia…

Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….

Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?

Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.

Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

Pak Habibie menghela nafas…………………..

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin.

Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.

N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

? Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………

“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam………………………..seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………

“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.


Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia………….

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”


Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.


Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”

(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo
Diambil dari: http://sahabatbaca.blogspot.com/2012/04/kesedihan-seorang-bj-habibie.html

Kisah Anak-Anak Bermahkota Al Qur'an

Anak yang Buta Hafal Al Qur’an
Faishal Da’sy Al Qahthani, seorang anak berusia 12 tahun mengalami buta sejak lahir. Ia tidak putusa asa atau membiarkan dirinya menjadi korban keterasingan. Ia mampu menghafal Al Qur’an hanya dalam rentang waktu 2 tahun saja di tengah decak kagum banyak orang kepadanya

Ia berbicara dengan bahasa Arab yang fasih dan lancar. Bahasanya amat bagus. Ia menuturkan, “Nama saya Faisal bin Da’sy Al Qahthani. Saya dilahirkan di Riyadh. Saya masuk madrasan An Nur selama 3 tahun, setelah itu saya pindah ke sekolah tahfidz Al Qur’an. Berkat karunia Allah dan dorongan kedua orang tua serta usaha keras para guru, saya mampu menghafal Al Qur’an dengan baik. Awalnya, saya sering mendengar bacaan Al Qur’an. Saya senang dengan bacaan dan tartilnya Syaikh Sudais. Selanjutnya saya tertarik dengan suara Khalid Al Qahthani. Maka ayahku memberikan hadiah kaset murattal 30 juz dengan bacaan Khalid Al Qahthani. Saya hafal Al Qur’an 30 juz, ditambah dzikir pagi dan petang, doa tidur, doa makan dan minum serta sejumlah hadits.”

Pesan faishal kepada para teman-teman yang muslim,”Aku pesankan kepada mereka agar tidak lalai. Aku peringatkan kepada mereka akan tipu daya setan dan hendaknya mereka tidak menuruti syahwat serta tidak membuang-buang waktu didepan TV melihat acara-acara yang tidak bermanfaat, bahkan merugikan.”


Anak Berusia 10 Tahun Hafal Al Qur’an, Kecerdasannya Membawanya dari Kelas 3 SD Langsung ke SMP
Sebuah keistimewaan berupa kecerdasan nan sempurna yang amat jarang ditemukan. Anak tersebut bernama Abdullah Muhammad Jabr. Ia merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah dalam hal menghafal Al Qur’an Karim, hadits-hadits Nabi, menguasai madzhab-madzhab fiqih dan mahir ceramah diatas mimbar. Ia ikut serta dalam musabaqah hafalan Al Qur’an tingkat Internasiona di Arab Saudi dan meraih juara pertama.
Syaikh Al Azhar merasa kagum dan memuji kecerdasannya. Lalu, ia mengeluarkan ketetapan khusus yang baru pertama kali dikeluarkan dalam sejarah Al Azhar, yaitu pemindahan anak tersebut dan memasukkannya dikelas 1 SMP dari yang sebelumnya ia tercatat sebagai murid kelas 3 SD.

Halmana, Hafidzah Termuda di Bosnia
Ia hidup ditengah-tengah kehancuran, keporak-porandaan dan perang etnis. Ia menjadi saksi atas segala tindakan permusuhan terhadap Islam di negerinya. Ia hidup dimasyarakat yang bergulat dengan kemiskinan dan embargo ekonomi. Hal tersebut malah menjadikannya terang-terangan untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan mengangkat tinggi panjinya meskipun banyak rintangan dan bahaya.
Halmana Bilal Aghitasy mulai menghafal sejak usia 2 tahun dengan cara mengulang-ulang beberapa ayat. Hal ini terus berlangsung hingga ia mampu menghafal Al Qur’an ketiak usianya 14 tahun. Ia termasuk hafidzah termuda di Bosnia Herzegovina dan hafidzah peringkat kedua di negaranya.Halmana mengatakan tentang peran dan pengaruh positif dari menghafal Al Qur’an, “Sepeninggal kakekku yang senantiasa memotivasiku untuk selalu membaca dan menghafal Al Qur’an serta memberikan banyak hadiah, maka aku bertekad untuk melanjutkan perjalanan dengan sungguh-sungguh dan semangat menggelora. Selama sembilan tahun aku mampu meraih berbagai kejuaraan tingkat nasional maupun internasional.”

Ia berhenti sejenak setelah air matanya menetes namun ia kembali menguatkan diri seraya bertutur, “ Aku meraih juara di Saudi. Aku pergi kesana dan sejumlah Syaikh mendengarkan bacaan Al Qur’anku. Mereka pun memujiku. Setelah itu aku kembali ke Bosnia untuk menjalani ujian hafalan dan bacaan Al Qur’an dihadapan Lajnah Al-Masyaikhah Al Islamiyah di Bosnia yang beranggotakan para qari’ senior.”

Diringkas dari buku Kisah Inspiratif Penghafal Al Qur’an

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan